Ketika kita
tanpa sengaja mengingat semua kejadian yang telah berlalu, membuat kita selalu
berpikir akan adanya kemungkinan-kemungkinan yang tidak akan pernah terjadi.
Apa aku bisa kembali ke masa itu dan
mengubah keadaan menjadi lebih baik?
Bisakah aku mengucapkan selamat tinggal
kepadanya?
Aku ingin meminta maaf kepadanya.
Aku terbangun
di dalam kamar kosku. Dengan keringat dingin yang membasahi bajuku dan
bulir-bulir keringat yang turun melewati pori-pori kulit wajahku. Aku melihat ke
arah kipas angin disudut ruanganku dalam kondisi tidak menyala namun kabel
masih tertancap di stop kontak. “Mati lampu?” pikirku.
Aku menuruni
tempat tidurku, membuka baju yang basah itu dan membuangnya ke baskom yang
kusediakan untuk menyimpan baju kotor yang sudah menggunung isinya. “Aku harus
ke laundry biasa hari ini.” Aku menggumam pelan sambil menggelengkan kepala
melihat isi baskom itu.
Tepat diatas
baskom tersebut ada sebuah kalender yang menunjukkan tanggal empat belas. “Bukankah
itu tanggal minggu lalu?”
Aku berjalan
menuju kamar mandi, menghiraukan lembaran tanggal yang masih belum aku cocokkan
dengan tanggal yang pas. Aku segera membasahi wajahku, menatap dalam-dalam
cermin dan melihat setiap kerutan yang muncul di dahi. Menyadari bahwa umurku
sudah tidak muda lagi. Aku menatap kembali pantulan wajahku di dalam cermin.
Ekspresiku biasa, namun terdapat ketakutan yang luar biasa di dalam bulatan
hitam mata ini.
Aku bermimpi
hal yang aneh lagi, sudah seminggu lamanya aku bermimpi aneh seperti ini. Aku sampai
mengingat dengan jelas bagaimana isi dari mimpi itu. Mimpi buruk yang aku alami
hampir setiap malam.
Aku sedang
duduk dibangku taman, dengan sebuah balon di tangan kananku dan boneka
beruang di tangan kiriku. Betapa bahagianya aku melihat balon berwarna hitam gelap yang
kudapat dari seorang laki-laki yang memakai setelan jas hitam lengkap dengan
topi serta kacamata dengan warna yang sesuai dengan setelannya.
“Kau anak
baik, dan aku memberikan ini secara gratis untukmu, nak.” Katanya sambil
mengelus kepalaku dan memberiku senyuman yang membuatku merinding. “Selamat
tinggal.” Kemudian dia berjalan pergi menjauh meninggalkan aku yang duduk
sendiri di taman itu. Sendiri. Tanpa ada orang disekitar yang terlihat berjalan
santai ataupun anak-anak seumuranku yang bermain di taman.
Aku menatap ke
langit, tiada burung yang terbang mengitari taman, awan pun tidak bergerak.
Seperti waktu sedang berhenti untukku. Untuk menyadari apa yang telah aku
perbuat.
Aku duduk dan
menarik-lepaskan balon yang diberikan oleh orang misterius itu tanpa menghiraukan
keadaan sekitar yang hening.
Balon yang besar itu semakin lama mengecil. Keindahan balon diawal kini sudah tidak dapat
dinikmati lagi. Aku menyadari hal tersebut dan melihat ke dalam balon itu. Aku menatap dalam-dalam dan rasanya kepalaku semakin berat, aku melihat
adanya pusaran air yang berputar cepat memutari bagian dalam balon. Dan semuanya
menjadi gelap.
Aku terbangun
dalam posisi duduk di ruangan kosong yang gelap. Sangat gelap. Aku meraba-raba
lantai tempatku terduduk, dingin. Tiba-tiba dari arah jam sembilan, aku
mendengar suara yang sangat tidak asing bagiku.
“Ki... Riki..”
terdengar suara wanita, samar-samar yang memanggil namaku. “Nanti kamu terlambat
ke sekolahnya.”
Aku terbangun
disebuah ruangan kecil yang berisikan kasur single-bed
king size yang bermotif bunga mawar berwarna ungu. “Bangun, nak.” Terdengar
lagi suara yang tidak asing ditelingaku, dan berasal dari balik pintu kamar.
Aku berjalan
menuju pintu. Aku membuka perlahan pintu tersebut, memastikan bahwa dugaanku
ini tidak salah. “Ma.. mama?”
Dengan satu
sergapan, aku memeluk erat tubuh mamaku. Aku sangat merindukan wangi sabun yang
selalu mama pakai, wangi shampoo yang selalu mama pakai saat keramas, lekukan
badan mama yang pas untuk dipeluk, dan elusan tangan halusnya dikepalaku.
Aku memeluknya
dengan erat, namun mama melepaskanku. “Mama harus pergi,”
Mama melepasku
dari pelukkannya, aku melihat ke bawah.
Darah mengucur
deras dari balik punggung mama, kedua tanganku yang sempat memeluk erat mama
juga menjadi berwarna merah karena darah mama.
Dibelakang mama,
aku melihat sesosok laki-laki yang memberiku balon. Tangan kirinya memegang
sebuah es krim coklat tinggi yang menggunung dan sangat menggiurkan, namun
ditangan kanannya, ia memegang sebuah pistol handgun hitam dan tercium bau bubuk mesiu yang keluar setelah ia
menembak.
“Kau anak yang
baik, aku memberikan ini gratis untukmu nak.” Kata pelaku penembakan itu dari
balik tabung gas yang berjejer di truknya. “Balon besar yang perlahan
akan mengecil dimakan waktu, begitupula nasib. Semanis-manisnya hidupmu, kau akan
merasakan pahit yang sesungguhnya.”
Mama
tergeletak disampingku, darah terus mengucur dari lubang bekas tembakan
dipunggungnya. Tidak ada yang menolongku, semua orang disekitar lari
terbirit-birit mendengar suara tembakan. Ada beberapa orang dari dalam gedung
hanya melihat dengan raut wajah kasihan.
Pria tersebut
pergi dengan senyuman yang puas. Puas memberikan pelajaran untuk hidupku.
Tepat seminggu
yang lalu, si pelaku penembakan yang juga merupakan tukang penjual balon keliling dieksekusi mati. Dengan pasal-pasal yang dituduhkan oleh ayahku
sebagai seorang pengacara agar pembunuh itu dengan segera meninggalkan dunia
ini untuk selamanya dan menerima hukuman secepatnya.
Setelahnya,
diketahui bahwa ia membunuh karena ia baru saja kehilangan seorang anak dengan
cara yang sama, ditembak mati di depannya. Ia ingin orang-orang merasakan
penderitaannya, sasaran utamanya adalah aku, bukan ibuku.
Seperti sebuah balon yang awalnya menarik untuk dilihat dan diikuti, pada akhirnya akan menghilang dan pecah karena tekanan udara dan berbagai faktor lainnya.
Orang yang
kita kasihi, orang yang kita sayangi, dapat dengan mudah direbut oleh kuasa
Pencipta. Bagaimanapun, dan apapun alasannya, kita diharuskan siap untuk
menghadapinya. Karena semua hal yang terjadi, memiliki makna dan dengan harapan
agar kita dapat berkembang. Semua orang yang kita kasihi dapat pergi kapan
saja, tanpa adanya peringatan ataupun notifikasi di media sosial kita. Semua dengan
sekejap dapat diambil kembali.
Sayangilah orang
yang kita cintai, hormatilah dia sebelum terlambat.